Terbebas Dari Jeratan Hutang --- Maukah ?
Artikel Kitab Elektronik
Berhutang memang suatu hal yang tak ingin kita lakukan. Hanya, desakan
dari kebutuhanlah yang memaksa kita, hingga kita harus berhutang.
Padahal, berhutang itu tidaklah nyaman. Karena seringkali karena
banyaknya hutang yang belum kita bayar, akan menjadi pikiran tersendiri
dalam benak kita. Hingga hari-hari yang dijalani pun penuh dengan rasa
resah dan gelisah. Lalu bagaimana cara kita agar mudah melunasi hutang
secara cepat?
Dalam hadits riwayat Imam Bukhari, Nabi
SAW menjelaskan bahwa hutang lebih berhak ditunaikan daripada memberi
shadaqah, membebaskan budak, atau memberi hadiah. Nabi SAW memang sangat
menekankan pembayaran hutang jika sudah terlanjur berhutang. Untuk
menjelaskan ini beliau SAW banyak memberi gambaran bagaimana nasib orang
yang berhutang.
Seperti sabda beliau: “Jiwa seorang mukmin (yang meninggal) tergantung pada hutangnya, hingga dibayar daripadanya.” (HR at-Tirmidzi), “Sesungguhnya
dosa yang paling besar di sisi Allah SWT yang dilakukan seorang hamba
setelah al-Kabair (dosa-dosa besar) yang dilarang oleh Allah SWT adalah
seseorang mati sedangkan ia masih memiliki tanggungan hutang dan tidak
meninggalkan harta untuk melunasinya.” (HR Abu Dawud)
Dalam riwayat Bukhari dikisahkan bahwa
Nabi SAW tidak mau menyalatkan jenazah yang masih meninggalkan hutang
dan tidak meninggalkan warisan untuk melunasinya. Beliau hanya
memerintahkan para sahabatnya untuk menyalatkannya saja, sedang beliau
sendiri enggan, hingga Abu Qatadah al-Anshariy ra berkata: “Ya Rasulullah, tolong shalatilah jenazahnya dan hutangnya menjadi tanggungan saya.” Setelah itu beliau mau mensalatkannya.
Disebutkan dalam riwayat An-Nasa’i beliau SAW berdoa: “Aku berlindung kepada Allah SWT dari kufur dan hutang.”
Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah engkau mensejajarkan
hutang dengan kufur?” Rasulullah SAW lantas mengiyakannya.
Riwayat-riwayat di atas menguatkan bagaimana pandangan Islam terhadap
hutang. Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berhutang.
Ada beberapa kondisi yang dikecualikan dalam Islam hingga seseorang
boleh berhutang. Yaitu dalam kondisi terjepit, bukan dalam kondisi
lapang atau normal. Tapi tetap harus disertakan niat untuk membayarnya
secepat mungkin. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya hutang akan
diambil dari orangnya pada hari kiamat apabila orang tersebut mati.
Kecuali orang yang berhutang dalam tiga kondisi; seseorang yang
kekuatannya dalam sabilillah melemah, lalu ia berhutang untuk menguatkan
dirinya melawan musuh Allah dan musuhnya; dan seseorang yang meninggal
sedang di sampingnya ada seorang muslim yang tidak mendapati sesuatu
apapun untuk mengkafani dan menutupinya kecuali dengan cara berhutang,
serta seseorang yang takut kepada Allah bila dirinya membujang, lalu ia
menikah karena khawatir agamanya rusak, maka Allah SWT yang akan
melunasinya dari mereka pada hari kiamat.” (HR Ibnu Majah)
Hendaknya kita selalu merasa cukup dengan harta yang sedikit,menerima
apa adanya,tanpa memaksakan diri untuk mendapatkan kemewahan yang
berlebihan, dalam hal ini Rasulullah saw telah memberi contoh, Aisyah ra
meriwayatkan: “Bahwasanya Rasulullah saw memiliki makanan dari
seorang Yahudi dengan menunda pembayarannya,dan beliau menjadikan
perisai dari besi sebagai jaminannya.” (HR Bukhari)
Seorang yang ingat kepada Allah saat ia meminjam hutang untuk mengatasi
kesulitan hidup, lalu bersegera mengembalikan hutangnya, maka ia akan
mendapatkan kelapangan dari Allah SWT. Cukuplah hadits berikut sebagai
peringatan dalam membayar hutang, Rasulullah SAW bersabda: “Siapapun
orang yang meminjam hutang kemudian ia berniat tidak akan membayarnya
maka ia akan menemui Allah SWT sebagai seorang pencuri.” (HR Ibnu Majah)
Hutang adalah kehinaan, Imam Thahawi meriwayatkan dari Uqbah bin Amr bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah
kalian membuat takut jiwa-jiwa setelah kalian mendapatkan ketenangan.”
Mereka bertanya: “Apakah hal itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Ia
adalah hutang.” (al-Jami’ li Ahkamil Quran: 3/416) dan terdapat pahala yang besar jika seseorang mau mempermudah dalam masalah hutang. Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang melapangkan seorang yang berhutang atau menghapus hutangnya
–menghalalkannya- maka ia berada di bawah naungan Arsy pada hari kiamat
nanti.” (HR Muslim)
Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu ’anhu bertutur, “Pada suatu hari
Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada
seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu ’anhu sedang duduk di
sana. Beliau bertanya, ‘Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang
duduk di luar waktu shalat?’ Ia menjawab, ‘Aku bingung memikirkan
hutangku, wahai Rasulullah.’ Beliau bertanya, ‘Maukah aku ajarkan
kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah ta’aala akan
menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?’ Ia menjawab, ‘Tentu,
wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Jika kau berada di waktu pagi
maupun sore hari, bacalah do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ
وَقَهْرِ الرِّجَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan
sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku
berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung
kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Kata Abu Umamah, ‘Setelah membaca do’a tersebut, Allah ta’aala berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku’,” (HR. Abu Dawud 4/353).
Maka hendaklah kita berusaha sedapat mungkin untuk menghindari hutang,
karena bisa menyebabkan hati gelisah, sedih, terhina, dikuasai orang
lain dan akan mudah terjerumus dosa, sebagaimana yang disebutkan dalam
sebuah hadits, ada seseorang yang berkata kepada Nabi saw, “Kenapa tuan banyak meminta perlindungan dari hutang?” Maka Rasulullah saw menjawab: “Sesungguhnya seseorang apabila berhutang dia akan cenderung berkata dusta dan berjanji lalu mengingkarinya”. (HR Bukhari).
Doa agar cepat terlepas dari hutang dinukil kisah dari Zubair. Dibaca hendak tidur
اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
وَالْقُرْآنِ فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ أَنْتَ
الْأَوَّلُ لَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ لَيْسَ بَعْدَكَ
شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ لَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ
لَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنْ الْفَقْرِ
Link Diskusi Penulis