Featured Post

Recommended

Bila Dirimu Telah Mampu Melakukan Amal Kebaikan, Jangan Mencela Dia yang Masih Belum Mampu Melakukannya

Ilmu yang tinggi dan kebaikan yang selalu menjadi amalan tiada henti bisa menjadikan seseorang itu ujub dan riya’, sebab itulah mengapa k...

Anti Kopas Untuk Blogger Terbaik 2021, Aman di Adsense dan Tidak Membuat Blog Berantakan

Anti Kopas Untuk Blogger Terbaik 2021, Aman di Adsense dan Tidak Membuat Blog Berantakan

Hai gaes, kali ini de-yuan.com akan berbagi tips seputar blogging dimana kali ini kita akan berbagi konten anti kopas, agar tulisan kita tidak mudah dikopi paste orang lain. Kode anti kopas kali ini sangatlah rekomended banget karena aman untuk struktur blog dan juga untuk adsense kita.

 

Nah langsung saja, Simpan kode ini di atas kode </head>


<b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'>
<style type='text/css'>
.post-body {-webkit-user-select:none;-khtml-user-select:none;-moz-user-select:none;-ms-user-select:none;user-select:none;padding:0 0 10px 0;margin:0 0 10px 0;line-height:21px;}
.post-body img{-webkit-touch-callout:none;-webkit-user-select:none;-khtml-user-select:none;-moz-user-select:none;-ms-user-select:none;user-select:none;pointer-events:none;background:#fdfdfd;height:auto;max-width:100%;border:0;margin-bottom:2.0px;box-shadow:0 0 0 1px rgba(0,0,0,0.03);opacity:1;transition:all .6s ease;}
.post_body p, .post blockquote,.post pre,.post code {-webkit-touch-callout:text;-khtml-user-select:text;-webkit-user-select:text;-moz-user-select:text;-ms-user-select:text;}
</style>
</b:if>


Semoga bermanfaat ya...!!!
Download Gratis Kitab Fikih Sunnah Sayyid Sabiq Terjemah Bahasa Indonesia

Download Gratis Kitab Fikih Sunnah Sayyid Sabiq Terjemah Bahasa Indonesia


Kitab Fiqih Sunnah yang ditulis oleh Sayyid Sabiq merupakan salah satu kitab yang mudah dipahami oleh ummat Islam. Kitab fiqih ini berisi sekitar tiga ribu hadis tentang fikih keseharian dan ditulis selama kurang lebih 20 tahun. 


Dengan mempelajari buku ini, kita jadi tahu dalil pergerakan dalam ibadah dan fikih sehingga lebih memantabkan kita dalam beramal, karena beramal dengan tahu dalilnya akan lebih mendalam dan mengena dihati kita. 


Karenanya, buku ini mendapat pengakuan dari seluruh ulama dunia sebagai kitab fikih terbaik di zaman modern ini.

 

Dalam buku terjemahanya, kitab fiqih sunah ini terdiri dari 4 jilid, yaitu :

 

Jilid 1 buku ini mengupas masalah thaharah dan macamnya, shalat wajib dan sunnah, dan sebagian masalah zakat.

Jilid 2 membahas masalah zakat, puasa, jenazah dan hal-hal yang berkaitan dengannya, haji, dan pernikahan.

Jilid 3 membahas hikmah poligami, tentang perkawinan (wali dan kedudukannya, hak dan kewajiban suami-istri, nafkah, akad nikah, walimah, dan sebagainya), serta berbagai hal yang berkaitan dengan hukuman.
 
Jilid 4 terakhir mengupas mulai dari jihad, perang, jizyah, ghanimah, kafarat sumpah, hukum jual-beli, riba, pinjaman, gadai, mudharabah, utang, dan sebagainya.
 

Download Buku Fiqih Sunnah PDF

 

Download Juzz 1
Download Juzz 2
Download Juzz 3
Download Juzz 4
Download Juzz 5
Anak TKI : Kakek dan Nenekku Adalah Orang Tuaku Sesungguhnya ...

Anak TKI : Kakek dan Nenekku Adalah Orang Tuaku Sesungguhnya ...


Jam baru menunjukkan pukul 12.00 Wita, Rabu (3/3/2021), ketika Nadira Putri (8) yang baru pulang bermain tiba di rumahnya di Dusun Mungkik, Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jero Waru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
 
Di siang yang mendung itu, Nadira pulang bersandal jepit dengan mengenakan celana kain panjang belang merah putih. 
 
Hampir seirama dengan bajunya yang berwarna merah muda.Begitu sampai di rumah, Mariam (50) menyambutnya di teras rumah. Nadira memeluk Mariam manja, lalu meletakkan kepala di dada Mariam dan membelainya. 
 
Nadira kemudian berbalik, lantas menyandarkan tubuhnya. "Saya sangat menyayanginya. Rasanya sudah seperti anak sendiri, yang lahir dari rahim sendiri," kata Mariam siang itu.
 
Nadira adalah cucu Mariam. Anak dari Suharniati, putri Mariam yang sekarang berada di Kalimantan. Sejak lahir dan kini masuk sekolah dasar, Nadira telah tinggal bersama neneknya.
 
Dibandingkan dengan anak-anak seusianya, Nadira yang baru kelas satu di SD Negeri 1 Pandan Wangi terlihat berbeda. Tingginya lebih dari 1 meter dengan postur tubuh yang besar. "Mungkin ia lebih mengikuti bapaknya, warga Bangladesh yang menikahi ibunya ketika bekerja di Arab Saudi," kata Mariam.
 
Sembilan tahun lalu, ibu Nadira menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Arab Saudi. Di sana dia bertemu dan menikah dengan ayah Nadira. Saat kondisi hamil besar, Suharniati pulang sendiri ke Lombok dan melahirkan Nadira.
 
Ketika Nadira baru berusia 18 bulan, ibunya kembali menjadi PMI. Kali ini, Suharniati berangkat ke Malaysia, tetapi hanya sebulan. Ia ditangkap karena masuk ke sana secara ilegal. Ia kemudian pulang ke Lombok, menikah, dan mengikuti suami barunya ke Kalimantan. Ia tak pernah pulang lagi.
 
Adapun Nadira tetap tinggal dengan neneknya. Sebelum ke Kalimantan, ibunya sempat berada di Lombok di rumah suami barunya. Nadira kadang ke sana, tetapi tidak betah, dan lebih sering pulang ke rumah neneknya.
 
Menjadi orangtua pengganti bagi Nadira, Mariam berusaha mengasuh Nadira kendati dia dan suaminya hanya bekerja menjadi buruh ketika musim gabah atau musim tembakau.
 
Ibu Nadira memang mengirim uang sekitar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per bulan, tetapi tidak rutin. Ketika Nadira sakit, seperti beberapa minggu lalu, Mariam-lah yang mengurus semuanya. Menemaninya berobat dan menebus resep.
 
Dia kerap menanyakan bapaknya. Belum lama ini, Nadira bahkan bilang minta diantar (ke Arab Saudi) menemui bapaknya.
 
Meski delapan tahun bersama neneknya, Nadira mengaku merindukan kehadiran orangtuanya, terutama bapaknya. Apalagi jika melihat teman-teman seusianya memiliki bapak. Ayahnya pernah menghubungi ibunya saat Nadira berusia 2 bulan. ”Dia kerap menanyakan bapaknya. Belum lama ini, Nadira bahkan bilang minta diantar (ke Arab Saudi) menemui bapaknya,” tutur Mariam.
 
Di Cirebon, Jawa Barat, RS (6) juga dibesarkan oleh T (50), neneknya. Ibunya meninggal semenjak RS berusia 2 tahun. Ayahnya, MS, lalu menikah lagi. Namun, karena impitan ekonomi, ibu tirinya berangkat sebagai pekerja migran Indonesia ke Singapura, menjadi pekerja rumah tangga. Namun, ibu tirinya jarang mengirim uang.
 
Tinggal dengan ayahnya yang bekerja serabutan, RS pun tumbuh tanpa pengasuhan ibu. Bahkan, kini dia harus tinggal bersama sang nenek karena ayahnya sejak Februari 2021 lalu ditahan polisi karena diduga menjadi pelaku pemerkosaan setelah mabuk minuman keras.
 
RS sama sekali tidak tahu kenyataan itu. Ia mengira ayahnya belum pulang ke rumah karena kerja ke luar kota. Kini, RS diasuh neneknya, yang setia mengantar dan menjemputnya ke taman kanak-kanak. Semua kebutuhan RS ditanggung neneknya, termasuk sekolahnya. Sang nenek berharap cucunya bisa sekolah. ”Aku ingin menjadi guru,” ujar RS saat ditanya cita-citanya.
 
Nadira dan RS adalah sebagian kecil dari potret anak-anak pekerja migran yang menghadapi berbagai persoalan saat ditinggalkan orangtua mereka di kampung halaman. Selain kehilangan kasih sayang, berada jauh dan terpisah dari orangtua membuat mereka kehilangan banyak hal karena tidak ada yang mendampingi mereka, terutama pada masa tumbuh kembang.
 
Kalaupun ada pengasuh lain, itu kualitasnya jauh dibandingkan dengan anak kebanyakan yang diasuh langsung oleh kedua orangtuanya. Bahkan, ada yang nyaris luput dari perhatian keluarga.
 
Kondisi ekonomi (baca kemiskinan) menjadi alasan kuat bagi sejumlah warga untuk mengadu nasib di luar negeri dengan menjadi PMI dan meninggalkan anak-anak yang berisiko tidak mendapat pengasuhan yang layak, bahkan rentan mengalami penelantaran.
 
Demi mengadu nasib 
 
Situasi ini sebenarnya disadari oleh orangtua. Seperti yang dialami Ismail (35), warga Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pasangan suami istri ini meninggalkan kedua anaknya yang saat itu masih berusia 6 tahun dan 1 tahun untuk mengadu nasib di Taiwan. Ismail menjadi buruh pabrik benang selama lima tahun, dan istrinya menjadi pekerja rumah tangga.
 
Kedua anak-anak diasuh oleh neneknya. Untuk kebutuhan anak-anaknya, Ismail dan istrinya bertugas mengirim uang bulanan. Komunikasi mereka dilakukan melalui media sosial (panggilan video).
 
Akan tetapi, pada Mei 2020, Ismail terpaksa pulang setelah pabriknya bangkrut akibat pandemi. Hasil keringatnya di negeri orang sudah menjadi tembok dan keramik rumah di kampung. Ia kini menganggur dan hidup dengan mengandalkan uang dari istrinya.
 
Saat pulang ke rumah, Ismail harus menerima kenyataan, sikap anak-anaknya, terutama yang sulung yang kini berusia 11 tahun, sudah berubah, bahkan tidak mau diajak bepergian. ”Dia di kamar main HP (gawai) aja. Enggak mau ketemu orang baru,” ungkap Ismail yang mengaku membutuhkan waktu untuk meraih kembali perhatian anak-anaknya.
 
Menghadapi kenyataan tersebut, kendati anak-anaknya senang ayahnya sudah pulang ke rumah, dia membutuhkan waktu untuk merajut kembali hubungan antara orangtua dan anak.
 
Ismail pun kini menimbang-nimbang apakah akan berangkat lagi ke luar negeri dengan terpisah lagi dengan anaknya. ”Saya masih mikir-mikir ke luar negeri. Di sini enggak ada kerjaan. Istri mungkin masih dua tahun di sana,” lanjutnya.
 
Berdasarkan data Badan Perlindungan PMI, Cirebon dan Indramayu termasuk kantong PMI. Di Indramayu, pada 2020 tercatat ada 10.060 PMI yang bekerja di luar negeri, sedangkan PMI asal Cirebon sebanyak 4.948 orang. Sebagian besar dari mereka meninggalkan anak-anak saat berangkat ke luar negeri.
 
Euis Suhartati, Ketua Yayasan Banati (organisasi yang fokus terhadap perempuan, anak, dan pekerja migran), mengatakan, anak pekerja migran tetap membutuhkan perhatian orangtua kandungnya. Umumnya, ketika sang ibu yang berangkat menjadi PMI, ayahnya malah menyerahkan pengasuhan anak-anaknya kepada neneknya atau saudaranya sehingga pengasuhan anaknya terabaikan.
 
”Ada banyak kasus, istrinya bekerja di luar negeri, terus suami di rumah menikmati uang kirimannya. Ada yang judi atau menikah lagi. Anak tidak diurus. Bahkan, jadi korban kekerasan seksual,” ungkapnya.
 
Problematika anak-anak PMI tidak bisa dibiarkan. Kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan khusus bagi anak-anak tersebut sangat penting. Jangan sampai anak-anak tersebut terabaikan, apalagi terlupakan. Mereka berhak memiliki masa depan seperti anak-anak yang lain.

tulisan ini diambil dari kompas.com
TIPS Beli Mobil Dengan Keajaiban Sholawat...!!! Tips Ini Hanya Untuk Mereka yang Benar - Benar Mau

TIPS Beli Mobil Dengan Keajaiban Sholawat...!!! Tips Ini Hanya Untuk Mereka yang Benar - Benar Mau


Hai gaes, balik lagi nih dirumah online kita, disini kita akan selalu berbagi sesuatu yang sangat bermanfaat dan tentunya ada aneh anehnya juga, hehehe...


Tips kali ini, kita akan kasih judul 'TIPS Beli Mobil Dengan Keajaiban Sholawat...!!! Tips Ini Hanya Untuk Mereka yang Benar - Benar Mau'.

 

Nah bagi kamu yang penasaran bagaimana caranya, kamu simak baik baik video berikut ini yah. Disana lengkap diceritakan beserta contoh riilnya, ia bisa membeli honda jazz, hingga mobil mobil lainnya hanya bermodal shalawat saja...!!! cusss...!!

Saksi Bisu Ranjang Pembantu ...

Saksi Bisu Ranjang Pembantu ...


"Sri, kalau di rumah tolong pakaiannya lebih sopan, ya. Di rumah kan ada Bapak sama mas Gema, kurang pantas kalau kamu pakai baju seperti itu,"
ujarku menegur Sri, asisten rumah tangga yang baru bekerja di rumahku dua bulan belakangan.
 
Ada gurat tidak suka dalam ekspresinya, tapi dengan cepat dia menutupinya dengan senyum dan anggukan sopan. Bukan tanpa alasan aku menegurnya seperti ini, baju yang di kenakan Sri sangat ketat, ada kancing yang terbuka di bagian atas, hingga saat dia sedikit menunduk membuat buah dadanya terlihat dengan leluasa.
 
Beberapa kali aku memergoki Gema, anak sulungku mencuri pandang pada Sri. Usia mereka memang tidak beda jauh, Gema 21 tahun sedangkan Sri 26 tahun. Tidak bisa di pungkiri, tubuh ARTku itu memang padat berisi, sehingga menonjolkan beberapa bagian tubuhnya yang membuat mata laki-laki akan langsung menatap takjub pada kemolekannya. Tapi sebenarnya hal itu bisa diakali kalau saja Sri mengenakan baju yang lebih longgar dan sopan.
 
Selain masalah pakaian, Sri tidak memiliki kekurangan apapun dalam hal pekerjaan. Dia cekatan dan sangat rapi, semua debu di rumah ini tak luput dari pandangannya.
 
"Nanti ke kamar saya, ya. Ada beberapa baju saya yang masih bagus, bisa kamu pakai sebagai ganti. Nanti bajumu yang sudah kekecilan itu dibuang saja," ucapku sebelum pergi dari dapur meninggalkan Sri yang sedang mencuci piring bekas kami sarapan.
 
"Iya, Bu," jawabnya singkat.
 
Biarlah dia tersinggung, yang penting aku sudah mengingatkan apa yang seharusnya dia lakukan, gumamku dalam hati.
 
Aku berjalan menghampiri mas Danu di ruang TV. Hari ini weekend, jadi semua anggota keluarga di rumah saja untuk quality time.
 
"Gema sama Jesna mana, Mas?" tanyaku saat mendapati Mas Danu sedang menonton TV sendirian tanpa putra-putri kami.
 
"Oh, Jesna lagi ke kamar ngerjain tugas. Kalau Gema mau mandi katanya. Mama nggak belanja?" tanya mas Danu kemudian.
 
"Belanja nanti sore aja, Mas. Sekalian mau ngantar obat ke rumah Ibu, temenin ya?" Aku mengambil posisi duduk tepat di samping mas Danu, lalu bergelayut manja di lengannya bak jaman pacaran dulu.
 
Usia kami boleh tua, tapi hubungan kami masih hangat layaknya awal menikah. Kami memutuskan untuk menikah muda saat usiaku masih 20 tahun, sedangkan mas Danu 22 tahun. Pernikahan kami sudah berjalan hampir 23 tahun lamanya.
 
"Suruh Sri aja yang belanja, Ma. Nanti sore kita makan diluar aja bareng anak-anak. Nih Papa mau ketemu temen sebentar, nanti Sri biar Papa drop di swalayan yang biasanya," 
 
"Okedeh. Bentar Mama buat catatan belanja dulu buat Sri," 
 
Mas Danu memang begitu, sering mengajakku dan anak-anak makan di luar untuk sekedar refreshing atau sekalian belanja apapun yang kami mau. Pekerjaan mas Danu sebagai Developer cluster membuat uang terus mengalir ke rekening kami.
 
Setelah selesai membuat list belanjaan, akupun berjalan menghampiri Sri di kamarnya. Pintu kamarnya yang sedikit terbuka memperlihatkan Sri yang sedang memegang sebuah lingerie hitam dengan list merah di bagian dada.
 
Dengan wajah sumringah dia mengamati lingerie yang sedang dia pegang.
 
Mataku melotot untuk memastikan kalau baju yang ditangannya itu benar-benar lingerie. Untuk apa anak gadis seperti dia menyimpan baju yang seharusnya hanya dimiliki perempuan yang sudah bersuami? Apa Sri punya pacar? Tapi bukankah hampir 7x24 jam Sri hanya berada di rumah ini?
 
"Sri, kamu ngapain nyimpen baju kaya gitu?" Akupun membuka pintu kamar Sri tanpa permisi. Seperti melihat hantu, wajah Sri berubah pucat pasi, dia langsung menyembunyikan gaun malam itu di balik punggungnya.
 
"Kamu nyimpen baju kaya gitu buat apa?" tanyaku saat tak mendapati jawaban apapun dari Sri.
 
"Eh-anu, Bu, ini bukan punya saya. Ini punya Kakak saya di kampung. Nggak sengaja kebawa kesini," ucap Sri gugup. Keringat sebesar biji jagung menghiasi wajah putih nan moleknya.
 
Melihat gelagat mencurigakan dari Sri, akupun tak mungkin percaya begitu saja.
 
"Sini biar saya lihat!" Tanpa ragu, akupun merampas baju itu dari tangannya. Setelah melihat kualitas kain dan nama brandnya, aku yakin baju ini bukan milik saudaranya di kampung. Brand lingerie kenamaan ini sangat tidak mungkin di miliki oleh orang seperti keluarga Sri. Bahkan untuk satu potong lingerie saja harganya bisa sampai jutaan.
 
"Kembalikan, Bu! Ini punya Kakak saya." Sri menarik lingerie yang ku pegang hingga membuatku sedikit tersentak. Akupun mengamati sekeliling kamar Sri, mataku tertuju pada kotak kecil berwarna biru di tempat sampah. Meskipun hanya dua huruf belakang yang bisa terlihat olehku, tapi aku yakin itu adalah bungkus kontrasepsi.
 
Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan Sri? Gumamku dalam hati.
 
"Ibu tadi mau nyuruh saya apa?" tanya Sri sopan. Hanya berselang beberapa menit saja, sikapnya sudah berubah kembali. Padahal tadi saat menarik lingerie yang ku pegang dia seperti orang kesetanan.
 
"Tolong kamu belanja di swalayan biasa, bareng Bapak. Ini list belanjaannya." Ku sodorkan secarik kertas bertuliskan keperluan rumah yang sudah habis. "Jangan lupa ganti pakaianmu dengan yang lebih sopan," ucapku sebelum keluar kamar.
 
Ada yang mencurigakan dari Sri, tapi aku tak punya bukti selain hanya sebuah lingerie yang belum tentu miliknya dan bungkus alat kontrasepsi di tempat sampah. Sri tidak pernah kemana-mana, dia hanya bekerja seharian dan malamnya istirahat di kamar. Dia tidak pernah izin kemanapun dan aku tak pernah melihatnya keluar rumah selain untuk belanja.
 
Apakah Sri ada main dengan tukang kebun, si mang Eeng? Atau Gema? Atau malah mas Danu? Mengingat dirumah ini yang laki-laki hanya mereka bertiga.
 
Astaghfirullahhaldzim ... mikir apa aku ini? Belum tentu juga barang itu milik Sri, tapi otakku sudah suudzon saja.
 
"Sri udah dibilangin, Ma?" tanya mas Danu yang baru saja menuruni anak tangga.
 
"Sudah, Mas. Nanti ketemu temennya jangan lama-lama loh ... ini kan sudah jam sembilan, usahakan sebelum jam sebelas sudah pulang ya. Sri belum selesai nyetrika baju soalnya," 
 
"Siap Ibu Negara," jawab mas Danu sambil mengecup pipiku sekilas.
 
Setelah mas Danu dan Sri berangkat, aku pergi ke kamar Sri untuk mengecek barang-barangnya. Kesempatan ini harus gunakan sebaik mungkin untuk memperjelas kecurigaanku. Kalau benar Sri ada main dengan salah satu laki-laki di rumah ini, aku akan langsung memecatnya, meskipun yang berhubungan dengannya adalah mang Eeng, karena aku tak ingin ada perzinahan dirumah ini.
 
Aku mengawali pencarianku dari meja rias, tak ada yang aneh. Hanya ada lipstik, bedak, parfum serta handbody. Beralih ke laci, akupun memeriksa satu per satu benda di dalamnya, sekali lagi tak ada yang aneh. Semua tampak normal.
 
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, hingga mataku tertuju pada keranjang baju kotor disudut kamar, ada celana dalam laki-laki berwarna cokelat ...
 
Celana dalam itu ....
 
Dadaku bergemuruh hebat. 
 
"Kamu berhutang banyak penjelasan padaku, Sri," gumamku pelan. 
 
Bersambung .... 
 
Memperlakukan Istri Layaknya Pembantu Dan Berbuat Kasar Terhadap Istri

Memperlakukan Istri Layaknya Pembantu Dan Berbuat Kasar Terhadap Istri


Hai sobat de-yuan.com, apakabarmu hari ini? kali ini kita akan bahas sesuatu yang simple tapi ini sangat penting bagi kehidupan kita dengan pasangan kita, agar lebih bisa mawaddah wa rahmah, karena kalau ini kita langgar, mawaddah wa rahmah akan lenyap loh.

Nah, sebagai seorang suami, pantas atau bolehkan kita memperlakukan istri kita seperti layaknya pembantu dan sering berbuat kasar tanpa sebab dan alasan?

Tentu pertanyaan ini berdasarkan fakta dari sebuah pernyataan dilayangkan seseorang, inti pertanyaannya seperti ini.
 
'Saya adalah seorang istri yang saat ini sedang diuji Allah berupa seorang suami yang suka berbuat kasar terhadap saya, suka membentak, bahkan terkadang memukul saya. 
 
Dan yang sering membuat saya menangis adalah di saat saya telah kelelahan mengerjakan tugas rumah dan mengurus anak-anak, suami sering memaksa saya untuk sekedar membuat kopi, padahal saya dalam keadaan habis tenaga terasa lemas. 
 
Bila saya menolak maka pasti saya dibentak dengan kasar. Anak-anak pun sering ikut menangis melihat perlakuan bapaknya terhadap saya. Dan saya memohon doanya ustadz agar saya diberi kekuatan menjalani ujian ini.'
 

Nah, yang saya tanyakan: Bolehkah seorang suami memaksakan suatu pekerjaan tanpa mempedulikan keadaan istrinya? (Dari: Indah Permata Dewi).
 
Menyikapi pertanyaan dari Dewi berdasarkan penjelasannya diatas itu, bisa dijelaskan dengan uraian dibawah ini. 

Sebelum masuk ke inti pertanyaan terlebih dahulu saya doakan ibu semoga diberi kekuatan dalam menjalani cobaan hidup, dan semoga suami ibu diberi hidayah agar tak semena-mena berbuat kasar terhadap ibu. Aamiin.

Seharusnya para suami muslim di Indonesia merasa beruntung dan bersyukur karena tugas-tugasnya telah banyak dibantu oleh para istri sebagai pengabdian dan rasa cinta terhadap suaminya. 
 
Adapun perlakuan kasar seorang suami adalah tindakan yang berlebihan dan tak beradab. Jika kejadian ini telah berulang kali maka ibu dapat meminta bantuan ulama untuk menasehati dan mendoakan suami ibu, atau melaporkan kepada pihak berwajib jika tindakan suami menjurus pada kekerasan fisik yang menyebabkan luka atau meninggalkan bekas pukulan pada tubuh ibu. 
 
Dan tindakan terakhir bila keadaan rumah tangga benar-benar tak mampu diperbaiki maka ibu dapat mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama.

Memang adakalanya tindakan pemukulan suami terhadap istri diperbolehkan jika telah nyata istri melakukan pembangkangan yang terlarang terhadap suami. Hal ini difirmankan Allah dalam Al Qur'an:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ  ۖ  فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا  ۗ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz (membangkang), hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besar". (QS. An Nisaa' : 34).

Sekalipun dalam hal tersebut diperbolehkan bagi seorang suami memukul istrinya, namun Rasulullah mengatur bagaimana pukulan yang dijatuhkan terhadap istri dalam sabdanya:

فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ

"Pukullah mereka dengan pukulan yang tak berbekas". (Shahih Muslim juz 2 hal. 886 no. 1218).

Sedangkan tindakan kasar dan pemukulan suami terhadap istri adalah perkara yang terlarang yang sangat dibenci oleh Rasulullah. Hal ini tertuang dalam haditsnya:

يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ فَيَجْلِدُ امْرَأَتَهُ جَلْدَ العَبْدِ، فَلَعَلَّهُ يُضَاجِعُهَا مِنْ آخِرِ يَوْمِهِ

"Bagaimana mungkin seseseorang diantara kalian sengaja mencambuk isterinya sebagaimana ia mencambuk budaknya, lalu ia menyetubuhinya di sore harinya". (Shahih al Bukhari juz 6 hal. 169 no. 4942).

Dan Rasulullah berpesan kepada para suami muslim agar berlaku lembut dan kasih sayang kepada istrinya, sebab itu merupakan sebagian tanda kesempurnaan iman. Sabda beliau:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُهُمْ خِيَارُهُمْ لِنِسَائِهِمْ

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada isterinya". (Musnad Ahmad juz 12 hal. 364 no. 7402).

Berikut kami sampaikan penjelasan para ulama madzhab Ahlus Sunnah kepada ibu atau para suami muslim agar dipahami dan agar tidak berbuat sesukanya terhadap istri:

1. Madzhab Hanafiyah:
Seandainya suami pulang membawa bahan makanan yang harus dimasak dan diolah, namun istrinya enggan memasak atau mengolahnya maka istri tidak boleh dipaksa. Suaminya diperintahkan untuk pulang membawa makanan yang siap saji.

2. Madzhab Malikiyah:
Wajib atas suami melayani istrinya, walau istrinya memiliki kemampuan untuk berkhidmat (memberikan pelayanan). Bila suami tidak pandai memberikan pelayanan, maka wajib baginya untuk menyediakan pembantu untuk istrinya.

3. Madzhab Syafi'iyah:
Tidak wajib bagi istri membuat roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat (pelayanan) lain untuk suaminya. Karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual, sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban.

4. Madzhab Hanabilah:
Imam Ahmad bin Hanbal menetapkan bahwa seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada suaminya, baik berupa membuat adonan, membuat roti, memasak dan yang sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba air sumur dan menggiling gandum. Karena aqadnya hanya dalam pemanfaatan v*gina, maka suami tidak boleh mengeksploitasi manfaat lain dari istrinya. Tetapi yang lebih utama bagi istri adalah memberikan pelayanan sebagaimana telah menjadi kebiasaan. Karena kebiasaannya keadaan tidak akan bersambung tanpa pelayanan serta kehidupan rumah tangga tidak akan teratur tanpa pelayanan. 

Syeikh al Ma'ruf mewajibkan agar pelayanan antara suami istri seimbang, ini juga sesuai dengan madzhab Malikiyah, dan dikatakan pula oleh Imam Abu Bakar bin Syaibah dan Abu Ishaq al Jauzajaniy, mereka berhujjah dengan perkara Ali bin Abi Thalib dan Fathimah. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan terhadap putrinya Fathimah agar melakukan pekerjaan rumah, dan bagi Ali pekerjaan di luar rumah.

Demikianlah dalil nash dan uraian para ulama kami hadirkan, penting kiranya untuk diketahui para suami muslim agar tidak berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuan istrinya. Wallahu a'lam.
(Dijawab oleh: Al Murtadho). 

Referensi:
Badai' ash Shanai' juz 4 hal. 12
 ولو جاء الزوج بطعام يحتاج إلى الطبخ والخبز فأبت المرأة الطبخ والخبز يعني بأن تطبخ وتخبز لما روي أن رسول الله  صلى الله عليه وسلم  قسم الأعمال بين علي وفاطمة رضي الله عنهما  فجعل أعمال الخارج على علي وأعمال الداخل على فاطمة رضي الله عنهما، ولكنها لا تجبر على ذلك إن أبت، ويؤمر الزوج أن يأتي لها بطعام مهيأ
Syarh al Kabir lid Dardir juz 2 hal. 510
ويجب عليه (إخدام أهله) أي أهل الإخدام بأن يكون الزوج ذا سعة، وهي ذات قدر ليس شأنها الخدمة، أو هو ذا قدر تزري خدمة زوجته به فإنها أهل للإخدام بهذا المعنى فيجب عليه أن يأتي لها بخادم
Al Muhadzab lisy Syairaziy juz 2 hal. 482
ولا يجب عليها خدمته في الخبز والطحن والطبخ والغسل وغيرها من الخدم لأن المعقود عليها من جهتها هو الاستمتاع فلا يلزمها ما سواه
Kasyaf al Qana' juz 5 hal. 195
وليس) واجبا (عليها خدمة زوجها في عجن وخبز ونحوه) ككنس الدار وملء الماء من البئر وطحن (نص عليه أحمد) لأن المعقود عليه منفعة البضع، فلا يملك غيره من منافعها (لكن الأولى لها فعل ما جرت العادة بقيامها به) لأنه العادة ولا يصل الحال إلا به ولا تنتظم المعيشة بدونه (وأوجب الشيخ المعروف من مثلها لمثله) وفاقا للمالكية، وقاله أبو بكر بن شيبة وأبو إسحاق الجوزاجاني واحتجا بقضية علي وفاطمة: فإن النبي صلى الله عليه وسلم قضى على ابنته فاطمة بخدمة البيت، وعلي ما كان خارجا من البيت من عمل رواه الجوزجاني من طرق
fikih kontemporer
Jangan Sampai Masa Mudamu Disia-siakan Hanya Untuk Menunggu Dia Yang Tak Pernah Memberi Kepastian

Jangan Sampai Masa Mudamu Disia-siakan Hanya Untuk Menunggu Dia Yang Tak Pernah Memberi Kepastian

Kalau dia benar-benar mencintaimu, kepastian akan diberikannya meskipun kamu tak memintanya

Dalam sebuah hubungan cinta, ada beberapa “peraturan” tidak tertulis yang seharusnya kamu patuhi. Salah satunya adalah kamu tidak bisa membuat orang lain untuk mencintaimu seperti kamu mencintainya. Kamu tak bisa memaksakan perasaanmu kepada orang lain atau membuatnya menerima rasa cintamu. Termasuk juga kepastian, kamu tak bisa dan tidak boleh memaksa orang lain untuk membuat “kepastian” akan hubungan kalian.

Semua yang terjadi di dunia ini sudah diatur dan ditakdirkan oleh Tuhan. Jika memang kamu tak dicintai ataupun tak kunjung diberikan kepastian oleh si dia, mungkin memang dia bukanlah seseorang yang ditakdirkan untukmu. Daripada kamu menyia-nyiakan masa muda yang berharga untuk menunggunya, lebih baik segera move on!

Tak perlu membuang air mata untuk dia yang tak menaruh hati padamu

Memang kejam rasanya ketika cintamu tak dibalas sepadan olehnya. Lebih menyakitkan lagi jika dia tak sedikitpun menaruh perasaan padamu. Sudahlah, belajar realistis saja mulai sekarang. Belajar melihat perlakuan orang lain terhadapmu. Bedakan antara orang yang memang baik padamu dengan seseorang yang benar-benar mencintaimu.

Jangan biarkan hatimu jatuh terlalu dalam kepada orang yang hanya sekedar baik. Ingat, dia hanya baik kepadamu bukan menaruh hatinya untukmu. Apalagi jika dia juga memberikan perhatian yang sama ke orang lain, tak hanya kamu. Daripada menangisi dia yang tak pernah ingin menaruh hati padamu, lebih baik mulai ambil sikap dan menjauh darinya secara perlahan.

Tak perlu menghabiskan perasaan untuk orang yang tak bisa merasakannya

Jika memang cinta, seharusnya banyak pengorbanan yang dilakukan demi orang yang dicintai. Dan kamu melakukan pengorbanan tersebut. Tapi bagaimana dengan dia? Apakah dia sama berjuangnya denganmu?

Sebelum benar-benar memutuskan berjuang untuk seseorang, pastikan dulu bahwa orang tersebut memang pantas menerima pengorbananmu hingga apa yang kamu lakukan tidak sia-sia. Jangankan berkorban untukmu, dia bahkan tak bisa merasakan perasaanmu yang tulus itu. Jadi untuk apa tetap berjuang? Kamu hanya buang-buang perasaan padahal dia sama sekali tak bisa merasakan.

Jangan menunggu apalagi menghabiskan waktu untuk dia yang tak kunjung memberi kepastian

Sebuah hubungan bisa berjalan baik jika ada kepastian didalamnya. Kepastian kemana hubungan tersebut akan menuju, dan kepastian bahwa kedua pihak saling mencintai. Jika memang kamu tak kunjung mendapatkan kedua kepastian tersebut, untuk apa bertahan dan tetap menunggu?

Kamu berhak bahagia meskipun tidak dengannya. Kamu berhak mendapatkan timbal balik sesuai dengan apa yang kamu berikan. Jangan mau jika harus terus-menerus menunggu dan memberi (perasaan) tanpa tau kapan dia akan membalasnya. Apalagi berjuang sendirian dalam hubungan, jangan mau melakukannya!

Toh jika memang dari awal dia mencintaimu dia akan memberi kejelasan tanpa harus disuruh, mencintai dan berjuang tanpa harus membuatmu menunggu. Akan lebih baik lepaskan saja dia yang terus-menerus menyia-nyiakan cinta yang kamu berikan, selalu membuatmu cemburu, merendahkan hidupmu, tidak peduli padamu dan membuatmu patah hati berkali-kali.

Percayalah jika waktunya tiba, Tuhan akan memberikanmu seseorang yang lebih baik. Seseorang yang memberikan sepadan dengan apa yang kamu berikan padanya, tanpa kamu minta. Kamu hanya harus meminta kepada-Nya, dan tentu dibarengi usaha.

inovasee.com
Tolong, Jangan Pernah Menganggap Status Janda Serendah Itu

Tolong, Jangan Pernah Menganggap Status Janda Serendah Itu

Abang pilih yang mana, perawan atau janda? Perawan memang menawan, janda lebih menggoda.’ Hm.. kamu yang pencinta dangdut, pasti sudah tidak asing lagi dengan lirik lagu itu. Benar, itu merupakan penggalan lirik lagu ‘Perawan Atau Janda’ yang dinyanyikan oleh si centil Cita Citata. Namun di sini saya tidak akan membahas lagunya, karena saya lebih tertarik dengan istilah ‘janda’-nya.

Bahkan jauh sebelum lagu itu mewabah di mana-mana, selalu terbersit pertanyaan-pertanyaan aneh dalam hati saya, sebenarnya, apa yang salah dengan seorang wanita yang berstatus janda? Mengapa nasibnya selalu di pandang rendah di masyarakat, tidak seperti para pria yang berstatus duda?

Tidak ada wanita yang ingin menjanda
Meskipun saya tidak mengalaminya sendiri, namun saya yakin, bahwa hinaan, cacian, omongan-omongan miring, dan tuduhan-tuduhan tak berperikemanusiaan, pasti sudah menjadi semacam menu sehari-hari bagi teman-teman kita yang berstatus janda. Yang lebih miris, banyak pria hidung belang yang kemudian memanfaatkan status tersebut dengan menggoda mereka, para janda.

Namanya juga pria hidung belang, maka bisa ditebak, godaan yang dilancarkan pun tak pernah jauh dari hal-hal berbau mesum seperti “kamu kan janda, pasti butuh kepuasan kan? Jadi kalau lagi butuh, hubungi aku ya…” Bahkan di kalangan ABG pun, selalu saja ada obrolan kurang ajar seperti “eh.. ada yang punya nomor janda nggak?”

Lantas yang menjadi pertanyaan, memang sehina itukah peran wanita berstatus janda? Saya tidak mau menggurui, hanya sekadar mengingatkan, bahwa tidak ada satu pun wanita di dunia ini yang ingin rumah tangganya hancur berantakan. Tidak ada. Semua wanita pasti menginginkan suami yang bisa bertanggung jawab dan sayang dengan keluarganya, apapun yang terjadi.

Namun karena alasan-alasan tertentu, ada beberapa wanita baik-baik yang memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, atau terpaksa harus menerima takdir ditinggal mati suami tercinta. Maka, melekatlah status janda pada diri mereka, sebuah status yang sangat hina bagi sebagian orang.

Jomblo berkelas yang sarat pengalaman

Jadi percayalah, kamu, seperti halnya saya, tidak akan benar-benar tahu apa yang menjadi alasan seorang wanita memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Ada banyak kemungkinan yang melatarbelakanginya, bisa karena kekerasan dalam rumah tangga, suaminya selingkuh, ada paksaan dari pihak orang tua, dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lainnya.

Karena itu, jangan pernah menganggap rendah wanita berstatus janda, bahkan kalau kamu sudah tahu pasti apa penyebabnya. Posisikan mereka seperti manusia kebanyakan, manusia yang harus tetap dihargai dan dihormati. Jangan lagi menanbah sakit hatinya yang sudah kecewa karena perceraian, ditinggal mati suaminya, hingga harus banting tulang menghidupi anak-anaknya.

Apapun alasannya, janda tetaplah status sosial yang mulia. Jadi kalau kamu adalah seorang janda dan kebetulan membaca tulisan ini, jangan pernah malu hanya karena status yang melekat dalam dirimu itu. Jangan berhenti berjuang, jangan termakan omongan, dan jangan pernah terlena oleh godaan. Kamu hanya harus membuktikan, bahwa kamu adalah seorang jomblo berkelas yang sarat pengalaman!

Inovasee.com